TEMPO.CO, Mataram - Peminat lari mendaki Gunung Rinjani 100 yang akan berlangsung pada 4-6 Mei 2018 melebihi target penyelenggara. Semula ditargetkan hanya diikuti 1.000 orang tetapi hingga hari ini pendaftar dari dalam negeri dan luar negeri sudah mencapai 1.144 orang.
Mereka adalah warga lokal Lombok sekitar 100 orang dan selebihnya adalah pelari Nusantara dan luar negeri. Antara lain berasal dari Cina dan Malaysia.
Baca juga: UNESCO Tetapkan Gunung Rinjani Sebagai Kawasan Geopark Dunia
''Inilah magnet Rinjani. Kami back-up karena semakin diminati,'' kata Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Lalu Moh. Faozal, di kantornya, Rabu 18 April 2018.
Untuk memuluskan penyelenggaraan Rinjani 100 yang diselenggarakan F One Sport sejak 2013 ini, Dinas Pariwisata NTB bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB melakukan pembenahan jalur pendakian. Pembenahan hotel dan homestay juga akan dibenahi. ''Yang masih masalah adalah amenitas di Sembalun,'' ujar Faozal.
Untuk meramaikan ajang ini, diselenggarakan acara Rinjani Begawe, yakni makan malam begibung alias duduk bersila bersama. Ada juga kegiatan budaya yang melibatkan masyarakat dan sanggar di Sembalun. ''Ini event baru untuk mendukung Rinjani 100. Dari nilai budayanya,'' ucap Faozal.
Para peserta juga akan diberikan piagam penghargaan bahwa mereka pernah lari di UNESCO Global Geopark.
Humas F One Sport, Rully Anwar, menjelaskan Rinjani 100-2018 diikuti oleh semua pelari elit dunia dan Indonesia. Jumlah peserta terbanyak adalah dari Indonesia (611), Malaysia (141), Cina (114), Singapura (47), Prancis (41), dan lainnya hingga 38 negara.
Pelari maraton ekstrim di gunung ini asal Indonesia antara lain Arif Wismoyono, dan juara tahun lalu Fandi Ahmad dari Depok. Rully menyebutkan kegiatan maraton di Gunung Rinjani dimulai sejak 2013. Selama tiga tahun pertama, namanya Mount Rinjani Ultra 52 kilometer.
Kemudian ada Rinjani Altitude Run 21 kilometer, 2015 Lombok Ultra Triathlon berenang di Tanjung Aan Lombok Tengah 6.000 kilometer dilanjutkan naik sepeda 300 kilometer dan lari 52 kilometer yang diikuti 12 orang peserta.
Setelah 2016, oleh pendirinya, Hendra Wijaya, dibuat kategori 27 kilometer yaitu dari Sembalun-Pelawangan Sembalun. Kemudian sejauh 36 kilometer Sembalun Pucak Rinjani. Seterusnya 60 kilometer dari Senaru ke Plawangan Senaru-turun ke Danau Segara Anak-naik Pelawangan Sembalun sampai puncak Rinjani dan turun ke Bawah Nao lantas naik lagi ke punggungan belakang Pergasingan dan ke Bukit Telaga.
Adapun kategori 100 kilometer turun dari Bukit Pergasingan ke Anak Dara, turun di Gunung Selong, naik lagi ke Sembalun Bumbung lewat sawah naik ke Bukit Nanggi di Sembalun. Turun di Pusuk Sembalun lalu ke Sebau belok kanan masuk lembah Propok. Pendaki seterusnya naik Gunung Kanji, Gunung Lincak, melanjutkan perjalanan ke Bukit Dandaun, naik ke Telaga, dan finish di halaman Hotel Nusantara di Desa Sembalun.
Menurut Ketua KONI NTB Andy Hadianto, rute Rinjani 100 ini paling komplit dibanding kegiatan di gunung daerah yang lain. ''Ini motivasi yang luar biasa dengan adanya sport tourism. Gairah berolahraga tumbuh. Saya nanti sumbang jersey untuk porter. Biar seragam semuanya,'' ujarnya.
Sedangkan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga NTB Husnanidiaty Nurdin mengatakan keterlibatan pemuda sangat baik. ''Saya harapkan ini bisa diikuti oleh banyak pemuda dari NTB karena event ini sangat positif,'' ucapnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono Hardjo Puspito kepada Tempo menyebutkan bahwa selama sebulan terakhir ini sejak dibukanya pendakian Rinjani pada April 2018, jumlah pengunjung Rinjani sebanyak 3.345 orang. Mereka terdiri dari pendaki asing 1.805 orang dan lokal 1.540 orang.
SUPRIYANTHO KHAFID
Artikel Lain: Tarif Pendakian Rinjani Rp 150 Ribu per Hari untuk Turis Asing